Drama Tiga Babak

Guguk adalah tantangan penilai yang sedang survei ke lapangan, setidaknya ada tiga penilai pernah mengalami hal menarik terkait guguk ini. Mustofa, Rozak dan Budi membagikan pengalamannya terkait guguk selama survei. Mereka bertiga memiliki jam terbang tinggi di dunia penilaian properti.

Mohammad Mustofa adalah penilai di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Amin, Nirwan, Alfiantori dan Rekan dengan nama panggilan Mus. Mus pernah melakukan survei di sebuah perumahan di Tangerang, setelah selesai Mus mencari data pembanding dengan berkeliling di sekitar obyek penilaian dengan kecepatan sepeda motor yang pelan hingga melewati sebuah mobil yang sedang berhenti. Tiba-tiba ada guguk yang muncul dari bagian bawah mobil tersebut ketika dia sedang melewati mobil tersebut. Mus kontan kaget dan segera memacu motornya, akan tetapi guguk tersebut malah berlari mengejarnya. Mus terus memacu sepeda motornya pada sebuah jalan dan sialnya jalan tersebut  adalah jalan buntu! Mus makin panik dan berpikir keras bagaimana harus balik dan menghadapi guguk yang mengejarnya.  Mus menguatkan nyalinya dengan berbalik arah dan memacu sepeda motornya sekencang mungkin menuju si guguk. Tanpa dinyana, si guguk pantang menyerah dan berlari ke arah Mus, untungnya si guguk hanya melompati bagian kakinya saja.

Abdul Rozak juga memiliki pengalaman sendiri dengan guguk ketika survei di daerah Parung. Rozak yang saat ini bekerja di KJPP Rudi Barus Yenni dan Rekan itu melakukan survei di sebuah tanah seluas 4000 m2 dengan bangunan rumah di tengah-tengahnya. Obyek penilaian ini dihuni oleh setidaknya 50 guguk yang menyebar bebas di tanah tersebut. Rozak berkeliling lokasi dengan didampingi oleh pemilik properti, tapi tetap aja takut meski guguk-guguk tersebut tidak galak. Mereka hanya datang mendekati Rozak sambil mengendus celana dan sepatunya saja tapi bagi Rozak cukup mencekam. Rozak hanya bisa pasrah sambil meneruskan surveinya.

Budi Syahputra punya pengalaman yang lebih dramatis terkait guguk ini. Budi sedang melaksanakan survei di daerah Teluk Naga Tangerang, asetnya berupa rumah tinggal.  Budi memulai survei dengan mengambil foto, mengukur bangunan, setelah itu mengukur halaman depan. Setelah selesai halaman bagian depan beralih ke halaman samping, ternyata ada seekor guguk sedang  tidur dan tiba-tiba terbangun dan menggonggong. Guguknya berukuran besar seperti guguk milik polisi tipe Doberman, seketika Budi ketakutan dan lari. Saking takutnya, papan dan map yang dia bawa terbuang di tengah jalan karena panik dikejar si guguk. Budi sampai jatuh di bagian depan halaman hingga cedera lutut, setelah jatuh si guguk malah berhenti mengejar dan diam melihat Budi yang kesakitan. Calon debitur datang menolong Budi sambil tertawa, “Ga galak kok Pak (guguknya)”.

Leave a Reply