Antara

Industri Penerbangan Bangkit, Marak Aksi Korporasi

Industri penerbangan baik dalam maupun luar negeri tengah mengalami masa pemulihan setelah dilanda masa doldrum atau mati angin karena pandemi Covid-19 sejak 2020 hingga 2022. Namun, hal itu dinilai belum berdampak signifikan pada industri jasa penilaian.

Hal itu diungkapkan Ketua Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI) Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPP) Hamid Yusuf kepada Media Penilai Jumat (11/10/2023). Ia diminta menanggapi kebangkitan idustri penerbangan dunia yang terungkap dalam seminar daring bertajuk “Penerbangan Komersial/Kargo, Tinjauan Pasar  dan Taksiran Masa Depan”, Kamis (9/11/2023). Seminar ini terselenggara atas kerja sama antara Boeing, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan Universitas Airlangga Surabaya.

Menurutnya, permintaan penilaian umumnya banyak untuk kepentingan perbankan, artinya untuk kepentingan penjaminan. Dalam hal aksi korporasi pembelian pesawat terbang, menurutnya, jarang menggunakan pendanaan kredit perbankan. “Sehingga aksi korporasi dengan objek pesawat jarang membutuhkan jasa penilai,” ujar Hamid Yusuf yang pernah menjadi Ketua Umum MAPPI periode 2008-2012 dan 2014-2016.

Dalam seminar tersebut, Analis Pasar Penerbangan Komersial Boeing, Kathryn Peters, menjelaskan bahwa industri penerbangan merupakan bisnis yang penuh tantangan dan persaingan. Ia memberi contoh adanya penerbangan murah, sehingga semua maskapai berjuang untuk merebut pangsa pasar, terutama pada masa pemulihan ini.

“Mungkin sekarang rugi, tapi di masa depan membaik,” kata dia ketika menjawab pertanyaan terkait kerugian yang mendera Maskapai Garuda Indonesia dalam seminar tersebut.

Ia mengakui beberapa perusahaan penerbangan banyak yang terancam gulung tikar hingga bangkrut. Tapi, beberapa di antaranya tengah berupa menyelamatkan diri dengan melakukan merger maupun akuisisi karena industri penerbangan diyakini akan pulih. “Harapanya, trafik penerbangan pulih,” harap dia.

Dalam paparannya, dia mengungkapkan bahwa trafik penerbangan penumpang terpadat berada di Benua Amerika, dengan perkiraan mencapai 4.900 penerbangan per hari di tahun 2042, tumbuh dibanding tahun 2022 sebanyak 2.100 penerbangan per hari.

Trafik terpadat kedua, menurutnya, berada di kawasan Eurasia yang ditaksir mencapai 4.800 per hari pada tahun 2042, melonjak dibanding tahun 2022 sebanyak 1.900 per hari. Berikutnya, Asia Pacifik mencapai 4.700 penerbangan per hari pada tahun 2042, naik dibandingkan tahun 2022 yang hanya 950 penerbangan per hari.

Sedangkan, untuk kebutuhan penggantian pesawat, dia menaksir Benua Amerika akan membutuhkan 12 ribu pesawat baru pada tahun 2042, naik dibanding tahun 2022 yang mencapai 7.900 pesawat baru. Disusul kawasan Eurasia yang akan membutuhkan 9.900 pesawat baru pada tahun 2042, tumbuh dibanding tahun 2022 yang tercatat 5.100 pesawat baru. Kemudian, kawasan Asia Pacifik butuh 9.700 pesawat baru pada tahun 2042, naik dibanding tahun 2022 yang tercatat ada pergantian 3.500 pesawat baru.

Ilustrasi foto: Antara.

Leave a Reply