Budi Pekerti

Penulis: Rulan Kis Rianto.

Jumlah penonton film Indonesia di tahun 2023 ini sudah mencapai lebih dari 40 juta. Menurut Joko Anwar, salah satu sutradara terbaik Indonesia, pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan pembuat film untuk tiap satu tiket terjual adalah Rp 18 ribu. Ini artinya nilai pendapatan total yang didapat perusahaan pembuat film tahun ini sebesar Rp 720 miliar, hanya dari pendapatan tiket bioskop, belum dari platform lainnya.

Film box office untuk film Indonesia didefinisikan sebagai film dengan jumlah penonton minimal satu juta. Ada empat belas fim Indonesia yang sudah meraih status box office tahun 2023 ini, dan sebagian besar adalah film horor.

Tidak banyak film berkualitas yang diproduksi tahun ini, salah satunya adalah film Budi Pekerti. Film arahan sutradara Wregas Bhanuteja ini meraih nominasi 17 kategori dalam Festival Film Indonesia 2023. Jumlah penontonnya masih di sekitar 400 ribuan sampai saat ini, setelah dua belas hari penayangan di bioskop.

Film ini bercerita tentang persekusi yang dialami Bu Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di sebuah SMP. Bu Prani dihakimi masyarakat hanya karena video 20 detik yang viral ketika beliau sedang menegur pembeli yang tidak mau antre di warung putu Mbok Rahayu, langganannya.

Saya terkesan dengan karakter Bu Prani sebagai guru yang punya banyak metode unik ketika memberikan refleksi, kata ganti beliau untuk hukuman ke siswa. Ada yang diminta menanam kecambah, memakai baju dengan dihiasi puntung rokok, mencium minyak wangi perpustakaan sekolah, dan lain sebagainya. Guru yang sangat berdedikasi, punya karakter kuat, dan dicintai murid-muridnya.

Dua anak Bu Prani juga tumbuh mandiri. Anak yang pertama Mukhlas, seorang Youtuber yang kreatif. Tita, anak keduanya, seorang anak band yang anti kemapanan, namun bisa langsung beradaptasi di era pandemi.

Rumah mereka yang berbentuk joglo seperti rumah orang Jawa zaman dulu, membuat kesan tersendiri. Highlight kopi Joss dan Bakmi Jogja juga menyita perhatian tanpa mengalihkan cerita. Setting pasar tradisional tempat jualan putu langganan Bu Prani juga membawa kesan lokal yang kental.

Imajinasi Wregas, sang sutradara, harus diakui keren abis. Banyak adegan menarik yang menggelitik seperti ketika Bu Prani sedang bersedih di sebuah wahana mainan anak-anak dengan musik cerianya. Kombinasi yang kontras namun menjadi tampilan menarik. Adegan latihan senam Bu Prani dan kolega gurunya dalam mempersiapkan lomba juga punya daya tarik tersendiri karena kombinasi kostum, musik, gerakan, dan latar belakang di bukit yang memanjakan mata.

Film ini dipuji banyak pengamat film karena ide dan eksekusi yang unik. Intinya kerenlah, saya sampai harus nonton dua kali saking kagumnya.

sumber foto: sineverse.

Leave a Reply