Cerita Pengadaan Tanah dari India

Seperti judulnya, Land Acquisition and Compensation in India, buku yang ditulis oleh Sattwick Dey Biswas ini memotret kerumitan pengadaan tanah di India disertai dengan analisa yang tajam. Anak judul “Mysteries of Valuation” pada buku ini juga menggambarkan masih banyaknya tanda tanya dalam hal penilaian ganti rugi pengadaan tanah di sana.

Buku yang terbit pertama kali pada tahun 2019 dalam bahasa Inggris ini menantang pemikiran para praktisi di bidang penilaian untuk menjelajahi kompleksitas seputar penilaian tanah, lebih khusus penilaian kompensasi atau ganti rugi pengadaan tanah.

Namun, buku ini diawali dengan menawarkan kerangka teoretis yang luas mulai dari prinsip-prinsip Adam Smith hingga perspektif kontemporer tentang nilai-nilai tanah yang beragam. Tidak hanya itu, penulis juga menawarkan kerangka teoretis yang kuat berdasarkan bukti empiris yang kokoh dari studi kasus mendalam yang dilakukan di India modern. Maka, buku ini menjadi referensi penting bagi para penilai dan pemangku kepentingan dalam memahami pasar tanah, metodologi penilaian, dan spektrum lebih luas dari ekonomi tanah.

Selain itu, buku ini juga menyoroti fenomena perambahan atau penyerobotan tanah di India selatan dan konflik-konflik yang terjadi sebagai konsekuensinya. Menurut Sattwick Dey Biswas, fenomena ini menantang konsep-konsep yang sudah mapan, mengajukan bahwa teori-teori nilai yang berlaku dan praktik-praktiknya telah menimbulkan paradigma penilaian yang enigmatik. Sementara, doktrin ekonomi konvensional menyebarkan kecukupan harga-harga moneter dalam merangkum inti dari barang dan jasa, termasuk tanah, buku ini berpendapat sebaliknya. Ia berpendapat bahwa nilai tanah melampaui perhitungan kuantifikasi moneter, memperlihatkan adanya lapisan-lapisan rumit dari aspek-aspek sosial, budaya, dan ekologis.

Yang menarik, buku ini merekomendasikan kepada penilai agar mengadopsi pendekatan holistik saat menilai tanah, melampaui batasan metrik moneter, dengan memperhatikan sifat multifaset dari nilai tanah. Secara tegas, buku juga menganjurkan kepada penilai untuk memasukkan nilai-nilai sosial, budaya, dan ekologis dalam proses penilaian. Karena, buku ini mendukung sistem penilaian yang lebih adil dan lebih merata, serta menghormati kepentingan semua pemangku kepentingan.

Selain itu, buku ini memberikan gambaran tentang ketidaksempurnaan yang melekat dalam sistem catatan tanah di India —sebuah fenomena yang mirip-mirip dengan di Indonesia. Penulis buku ini menjelaskan bagaimana ketidaksempurnaan ini terjadi. Ada peran ketidakadilan keluarga dan perilaku koruptif. Berdasarkan temuannya,  di mana terjadi asimetri informasi yang ada di antara segmen-segmen masyarakat yang berbeda, Sattwick Dey Biswas menekankan perlunya sebuah infrastruktur catatan tanah yang lebih transparan dan bertanggung jawab. Ini juga sangat penting untuk memerangi korupsi dan melindungi hak-hak semua pemangku kepentingan yang terlibat.

Dengan membaca buku ini, penilai dari Indonesia dapat belajar dan menarik benang merah antara Indonesia dan India. Sebab, buku ini mendeskripsikan tantangan-tantangan yang melekat dalam penilaian ganti kerugian pengadaan tanah. Penulis buku ini melakukan kajian yang teliti terhadap kerangka hukum India hingga analisis-analisis mendalam tentang mekanisme kompensasi atau penilaian ganti kerugian. Ia juga menyajikan kumpulan strategi-strategi berharga, mulai dari metodologi keterlibatan pemangku kepentingan hingga integrasi teknologi mutakhir dalam administrasi tanah.

Selain itu, buku ini menganjurkan untuk asimilasi praktik-praktik terbaik dalam konteks sosio-hukum yang unik, mendorong efisiensi dan keadilan dalam paradigma akuisisi dan kompensasi tanah. Paling tidak, buku ini menawarkan sudut pandang baru bagi penilai Indonesia dalam menghadapi kerumitan penilaian pengadaan tanah.

Leave a Reply