Delicious Doclang

Penulis: Rulan Kis Rianto.

Orang Sunda suka bikin nama yang unik untuk aneka makanan khas mereka. Cireng artinya aci digoreng. Ada lagi cimol alias aci digemol atau dibikin dalam bentuk bulat-bulat. Ada juga basreng atau baso goreng, dan lain-lain.

Saya baru tahu ada makanan khas Bogor namanya doclang. Ternyata ini juga ada kepanjangannya, yakni ledog nganggo kacang (kental dengan menggunakan bumbu kacang). Komponen di dalamnya adalah kerupuk, kupat, tahu, dan telur dengan bumbu kacang. Rasanya ya kayak kupat tahu tapi ada telurnya. Salah satu yang terkenal adalah Doclang 405 yang berlokasi di Jembatan Merah dekat Stasiun Bogor. Harganya Rp 14.000 per porsi.

Sebelumnya saya mengunjungi Toko Roti Delicious yang telah berusia 83 tahun pada Oktober 2023 kemarin. Toko ini menjual 10 jenis roti, di antaranya roti nanas dengan har Rp 8.000, kismis gambang Rp 7.000, roti tawar Rp 15.000, dan kaki kuda, coklat, pisang keju, pisang, keju coklat, daging, keju batang, serta roti sobek rasa keju Rp 20.000.

Saya datang sekitar jam 13.00 WIB, tapi rotinya tinggal 4 potong roti nanas. Toko ini dulunya milik orang Belanda, lalu diteruskan oleh WNI Tionghoa, bapak dari bapak yang menjadi kasir toko tadi. Rasa rotinya agak keras, beda dengan roti sekarang, dan tanpa pengawet sehingga hanya tahan tiga hari.

Gambang adalah kue andalan toko ini. Selama 15 menit saya makan roti di toko ini, sudah ada tiga orang yang mencari kue ini. Roti gambang katanya berasal dari gula aren dan wijen. Toko ini sudah buka sejak jam 7, tapi rotinya baru selesai dibuat jam 9 di hari Senin-Sabtu.

Saya juga pernah diberi makanan khas Bogor bernama cungkring oleh teman kantor. Cungkring adalah sate kulit sapi dengan bumbu kacang. Harga satu tusuk Rp 3.000. Cungkring Pak Jumat yang berada di Jalan Surya Kencana, salah satu yang paling populer. Seporsi cungkring berisi urat, cingur, kikil, kuping, daging, dan lontong.

Keunikan Bogor tidak berhenti di situ. Pada Maret 2023, saya mencoba explore daerah Ciapus, Bogor. Hal ini saya lakukan karena saya pernah mendengar ada pura di kaki Gunung Salak ketika saya masih tinggal di Bali.

Ada pemandangan yang di luar dugaan saya, karena ada 15 mini market yang saya temui sepanjang perjalanan 7-9 km dari Rangga Mekar hingga Pura Gunung Salak. Tidak hanya itu, sepanjang rute saya juga temui apotek, bengkel, SPBU, Pertamini, aneka restoran, dan lebih dari 100 warung kaki lima.

Saking penasarannya, saya berhenti di sebuah warung dan bertanya ada apa di daerah ini sehingga begitu ramai. Selain pura, ternyata juga ada Curug Nangka (air terjun), Kampung Salaka, Kampung Mulyaharja, hotel, dan vila. Sepanjang perjalanan saya memang banyak berpapasan dengan mobil plat B.

Begitu sampai di lokasi pura, saya baru tahu kalau di sekitar pura juga ada masjid, gereja, dan wihara. Pura ini luasnya 5 hektare, dan merupakan pura terbesar kedua setelah Pura Besakih di Karangasem, Bali. Ramainya pas Kuningan, Galungan, menjelang Nyepi. Namun, saya lihat pengunjungnya juga banyak yang berjilbab.

Pulang dari pura, saya menjumpai warung laksa Pak Inin, dan merasakan laksa untuk pertama kalinya. Laksa ini ada tauge, tahu, bihun, oncom, daun kemangi dan kuahnya yang bikin enak. Rasa kuahnya mirip kuah lontong sayur. Enaknya makan di Tanah Sunda adalah dikasih bonus teh tawar hangat.

Ada cara praktis jika ingin menikmati aneka kuliner khas Bogor, yakni dengan mengunjungi Jalan Surya Kencana. Sepanjang jalan ini dari jam 06.00 hingga 18.00 banyak warung makanan khas Bogor yang lezat. Anda bisa menjumpai bakso kikil, laksa, cungkring, soto kuning, nasi goreng, soto sumsum, martabak, bir kotjok, es pala. Daerah ini adalah pusat perdagangan zaman Belanda dan sekarang terkenal sebagai China Town Bogor. Lokasinya tidak jauh dari Stasiun Bogor. Jalan ini ditandai dengan gapura berbentuk khas budaya Tionghoa.

Tidak jauh dari Jalan Surya Kencana, di sekitar Bogor Trade Mall, ada warung dan toko yang menjual makanan dan produk khas Timur Tengah. Ada Shawarma Kebab yang legendaris, ada pula kurma dan aneka oleh-oleh haji. Daerah ini terkenal sebagai Kampung Arab Empang, ada masjid bersejarah dan madrasah sebagai pusat kegiatan dakwah Islam.

Aneka makanan dan berbagai bangunan yang ada mengindikasikan bahwa selain kota hujan, Bogor juga kota multibudaya. Sejak dulu kita ternyata sudah akrab dan terbukti bisa hidup berdampingan dengan berbagai budaya. Modal sosial yang harus kita pertahankan sebagai bangsa yang ingin terus maju.

Leave a Reply