MAPPI Gelar USP Akhir Tahun
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Penilai (USP) terakhir di tahun 2023. USP diselenggarakan selama tiga hari, mulai Jumat sampai Minggu (15-17/12). USP meliputi Penilai Properti Sederhana (Penilai PS), Penilai Properti, Penilai Personal Properti, dan Penilai Bisnis.
Menurut Ketua Komite USP MAPPI Budi Prasodjo, total jumlah peserta USP kali ini 132 orang yang datang dari berbagai daerah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 orang mengikuti USP Penilai PS, 86 orang mengikuti USP Penilai Properti, 1 orang mengikuti USP Personal Properti, dan 19 orang mengikuti USP Penilai Bisnis.
“Hari pertama ini USP Penilai Properti Sederhana dulu. Ternyata masih ada yang ikut USP Penilai Sederhana meskipun katanya pasarnya menurun,” ujar Budi Prasodjo kepada Media Penilai, Jumat (15/12/2023).
Di antara peserta USP Penilai PS adalah Sangadi Nurhidayat dari Bandung, Jawa Barat dan Imron Mashadi dari Semarang, Jawa Tengah. Keduanya mengaku mengikuti USP Penilai PS agar segera memperoleh sertifikat sebagai penilai. “Prosesnya mudah-mudahan lebih mudah jika dibandingkan dengan USP yang penilai penuh,” ujar Sangadi.
Jika berhasil lulus, Sangadi yang sarjana teknik lingkungan hidup dari Universitas Pasundan Bandung ini berkeinginan membuka kantor Penilai PS di Jayapura, Papua. Pertimbangannya, sampai saat ini di Papua baru ada 1 orang Penilai PS. “Tentu, di sana masih sangat membutuhkan adanya Penilai PS,” ujar Sangadi.
Karena di Papua belum banyak penilai, menurutnya, tingkat persaingannya tidak sesengit di Pulau Jawa atau kota-kota besar. “Saya yakin di sana pasarnya pasti ada, dan persaingannya belum berat. Jadi, peluang untuk berkembang lebih besar,” ujar Sangadi.
Imron Mashadi juga mengaku mengikuti USP Penilai PS agar cepat memperoleh sertifikat. Namun, berbeda dengan Sangadi, jika lulus dan memperoleh sertifikat Penilai PS, ia akan tetap bekerja di wilayah Jawa Tengah. Alasannya, pasar penilaian properti sederhana di wilayah Jawa Tengah masih cukup besar. “Meskipun persaingannya ketat karena penilainya banyak, tapi pasarnya masih cukup potensial,” ujarnya.
Imron Mashadi mengakui bahwa untuk penilaian properti sederhana saat ini banyak yang dilakukan oleh penilai internal bank. Namun, menurutnya, khusus di wilayah Jawa Tengah pengaruhnya terhadap penilai independen tidak begitu terasa.
“Memang untuk pinjaman di bawah Rp 10 miliar bisa dilakukan penilai internal bank. Tapi untuk di Jawa Tengah pengaruhnya tidak begitu terasa, dan prospek untuk Penilai PS masih bagus,” ujarnya.
Like, Comment, Share akan sangat membantu publikasi