Banyak Libur

Penulis: Rulan Kis Rianto.

Hari Raya Galungan libur tiga hari di hari: Selasa, Rabu, Kamis hampir semua kantor di Bali libur. Perayaan Galungan dilaksanakan dua kali setahun. Jadi saya sudah dapat bonus 6 hari setahun liburan ketika bekerja di Bali.

Masih ada Hari Raya Nyepi, biasanya libur tiga hari juga. Jadi saya punya bonus 9 hari libur. Jadi selama setahun sebagai orang non-Hindu di Bali, khusus Nyepi, saya belum pernah merasakan suasananya di Bali. Saya lebih suka escape ke Lombok melalui Pelabuhan Padang Bai.

Liburan Galungan dan Nyepi bagi orang Hindu tidak bisa santai, karena mereka harus sibuk untuk mempersiapkan perayaan, seperti membuat penjor, banten, sembahyang di kampung halaman, atau masak untuk makan bersama. Ketika Galungan, biasanya selain pergi ke pura, orang Bali juga silaturahmi ke sanak famili seperti layaknya orang Islam non-Madura yang merayakan Idul Fitri. Orang Madura punya tradisi sendiri, yakni memilih mudik di Lebaran Haji alias Idul Adha. Ada fenomena mudik lokal di Bali karena banyak orang Bali dari Jembrana, Karangasem, dan kabupaten lain yang bekerja di daerah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Dua wilayah ini memang ekonominya paling bagus dibandingkan daerah sekitarnya.

Sesajen untuk upacara agama Hindu biasanya berisi aneka buah, keripik, atau melinjo. Saya biasanya juga mendapatkan ini secara gratis dari teman kantor yang merayakan. Istilahnya dapat lungsuran sehari setelah acara sesaji. Tidak hanya itu, kadang dapat nasi kotak yang isinya nasi campur yang enak banget. Teman kantor sudah paham, jadi saya dikasih lauk ayam, bukan babi. Pedagang ayam di pasar banyak yang muslim, makanya orang Bali bingung juga kalau pas Lebaran karena pedagang bahan makanan banyak yang pulang kampung ke Jawa. Libur Lebaran giliran orang Hindu Bali yang bisa santai. Lumayan, mereka bisa puas menikmati liburan terutama yang bekerja di kantor nonpariwisata.

Selama tinggal di Bali, saya paling suka jika ditugaskan ke daerah yang jauh dari Denpasar, salah satunya ke Karangasem. Saya merasa takjub dengan pemandangan uniknya, setelah pantai lalu ada sawah dan bersambung ke daerah perbukitan, kombinasi yang sangat unik. Saya pergi ke Pantai Amed, ternyata daerah ini sering dikunjungi bule untuk diving dan snorkling. Banyak kapal yang disewakan di sekitar pantai. Ada bus Damri dari Bandara Ngurah Rai langsung ke Amed ternyata. Karangasem ternyata tidak hanya Amed. Setelah saya cari informasi lebih dalam, juga ada Tulamben yang merupakan tempat favorit untuk diving, ada Sidemen yang daerahnya perbukitan, ada Pura Besakih, pura terbesar di Bali. Saya juga sempat melewati Candi Dasa yang ternyata memiliki banyak tempat menarik. Karangsem juga punya savana bernama Tianyar. Belum lagi pemandian Tirta Gangga.

Tempat wisata yang sedang naik daun selama saya di sana adalah Pulau Nusa Penida, pulau yang terpisah dari Pulau Bali dan masuk wilayah Kabupaten Klungkung. Setidaknya ada tiga pelabuhan di Bali untuk pergi ke Nusa Penida, pulau wisata yang lagi hits di Bali saat ini. Tiga pelabuhan tersebut adalah Sanur, Padangbai, dan Kusamba.

Dari ketiga pilihan tersebut paling enak sebenarnya dari Kusamba. Parkir bisa gratis, perjalanan cuma 20 menit karena menggunakan fast boat, tiket cuma Rp 70-80 ribu pergi-pulang. Dan yang paling penting jadwalnya lebih banyak daripada Sanur dan Padangbai. Namun, jika melalui Padangbai bisa membawa kendaraan sendiri karena memakai kapal feri untuk menyeberang, jadwalnya hanya sekali sehari dan butuh waktu lebih lama untuk menyeberang. Libur Lebaran tahun 2022 Nusa Penida ramai sekali. Orang lokal Bali juga ke Nusa Penida untuk tujuan sembahyang karena ada tiga pura besar di sana selain untuk tujuan wisata.

Tanah Lot yang berada di Kabupaten Tabanan juga menarik hati terutama dengan Desa Beraban, lokasi di mana Tanah Lot berada. Ada papan iklan besar di pinggir jalan yang dipasang oleh pemerintah desa. Hal berikutnya adalah adanya supermarket dan restoran waralaba internasional yang berada di lokasi desa ini, pun ada mini market lokal tentunya. Saya jadi berpikir pendapatan desanya pasti miliaran. Masuk Tanah Lot pun harus bayar Rp 20 ribu untuk turis domestik dan Rp 60 ribu untuk turis asing. Pemerintah desanya sadar betapa menariknya tempat wisata ini, padahal Pantai Kuta saja cuma bayar parkir Rp 2 ribu.

Setelah masuk lokasi wisata, saya baru sadar ada 7 pura di lokasi ini. Lokasinya luas dan lumayan berkeringat untuk mengelingi kompleksnya. Masing-masing pura punya fungsi sendiri. Setelah saya pulang, saya pun penasaran, berapa pendapatan Desa Beraban? Ternyata Rp 62,88 miliar, itu tahun 2015.

Tempat menarik berikutnya adalah Kota Singaraja. Dulu sebagian besar wilayah Indonesia itu disebut Kepulauan Sunda dan dibagi dua menjadi Sunda Besar dan Sunda Kecil. Belanda menamakan Bali, NTB, dan NTT sebagai Provinsi Sunda Kecil dengan ibu kota Singaraja.

Kota Singaraja juga ada di permainan monopoli zaman saya kecil dengan sewa Rp 350 ribu. Kota yang selow dan cocok untuk para pensiunan. Banyak orang dari Jawa baik yang memang orang Jawa maupun Bali yang pindah ke sini menjelang pensiun. Ada klenteng kuno Chen Fu Zhen Ren yang dibangun tahun 1800-an.

Di sini kalau makan gorengan pakai gula merah seperti gulanya kue lupis, makannya ya dicocol. Ternyata enak juga. Makanan khasnya siobak, pakai daging babi. Di sini juga ada kampus PTN Undhiksa. Pusat keramaiannya ada di Taman Kota, Pantai Panimbang, Pantai Lovina, dan Pelabuhan Buleleng. Jalan utamanya dengan pusat bisnisnya ada di sekitar Jalan Ahmad Yani terutama yang bagian timur. Banyak muslim yang tinggal di sekitar sini. Mereka membaur sangat apik dengan orang Bali. Alunan puji-pujian di masjid sudah ada 15 menit sebelum azan, jadi suasananya mirip di Jawa. Ada desa yang namanya Kampung Bugis, Banjar Jawa, Banjar Tegal, nampaknya dulu banyak ditinggali orang Bugis, Jawa, dan Tegal.

Pengalaman tinggal di Bali selama dua tahun benar-benar menambah wawasan saya terhadap agama Hindu, budaya Bali, dan tempat wisatanya. Bali jauh lebih menarik dari sekadar tempat pariwisata. Ada berbagai orang dari berbagai negara berkumpul di sini. Boleh dibilang, Bali adalah Indonesia mini karena orang Indonesia Barat dan Indonesia Timur berkumpul di sini, merantau demi sesuap nasi.

Jadi, siapkah Anda untuk napak tilas rute saya tersebut sebagai itinerary libur Nataru? Ceritakan pengalaman Anda di kolom komentar.

Sumber foto: lokalbali.id.

Leave a Reply