Penilai Dua Generasi (3): Dari Doli ke Faisal Siregar

Ir. Doli Diapari Siregar M.Sc., FRICS., SCV., CIC., MAPPI (Cert.) merupakan salah satu penilai paling senior di Indonesia. Banyak penilai yang pernah belajar darinya atau bekerja dengannya. Kini, kepemimpinan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang dirintisnya mulai diserahkan kepada salah seorang putranya, Achmad Faisal Siregar, BA, M.Ec.Dev, MAPPI (Cert).

Doli Siregar lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Doli merupakan sarjana teknik sipil dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ia kemudian mengambil program master di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Skudai-Johor, Malaysia dan lulus dengan tesis berjudul The Pattern of Land Values for Residential Uses within Jakarta.

Doli sudah menekuni profesi penilai sejak tahun 1979 di PT Bintang Dharma Hurip. Pada tahun 1985, ia mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penilaian dan konsultan, yaitu PT Satyatama Graha Tara (SGT) yang berasosiasi dengan perusahaan King Sturge International Property Consultant yang beroperasi di United Kingdom dan Eropa. Setelah itu, pada 2009, ia mendirikan KJPP Doli Siregar & Rekan (DSR).

Selain menjalani profesi sebagai penilai, Doli juga pernah menjadi ketua Asean Valuers Association (AVA) selama 4 tahun dan pernah terlibat dalam penyusunan International Valuation Standard (IVS) mewakili Asia. Doli juga banyak menulis buku dengan tema penilaian dan manajemen aset. Di antara buku karyanya adalah Manajemen Aset, Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi & Otonomi Daerah, Breakthrough Profesionalisme Penilai Indonesia, Seri Buku Tata Kelola Kekayaan Negara, dan Model Ideal Pengadaan Tanah.

Di usianya yang sudah mencapai 77 tahun, Doli masih aktif sebagai penilai. Namun, kepemimpinan KJPP DSR sudah mulai dialihkan kepada Faisal. Faisal lahir di Jakarta. Ia memperoleh gelar sarjana akuntansi dan keuangan dari University of The West of England Bristol, Inggris, pada 2006. Setelah itu, ia mengambil program Magister Ekonomi Pembangunan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus pada 2012.

Sebagai seorang anak dari salah satu penilai senior, ternyata tak membuat Faisal merasa puas saat mulai menekuni profesi tersebut saat bergabung dengan KJPP yang dirintis sang ayah. Ia mengaku ingin terus meningkatkan kualitas dirinya sebagai penilai dengan menuntut ilmu tanpa kenal rasa lelah.

Motivasi tersebut bersumber dari sang ayah yang masih sering memandang dengan sebelah mata akan pengalamannya sebagai penilai. Faisal pun mencoba mengubah pandangan itu, salah satunya adalah dengan cara meng-upgrade keilmuannya melalui diskusi-diskusi ataupun seminar-seminar terkait penilaian.

“Penilai itu didasari oleh integritas, objektivitas, profesional dan harus kompeten, maka dari itu soal ilmu, sampai kapanpun kita tetap wajib menuntut ilmu tanpa mengenal batas usia. Prinsip itu yang dipakai Pak Doli,” ucap Faisal.

“Saya awalnya tertarik dengan profesi akuntan, namun saat itu ingin coba-coba saja profesi penilai pada tahun 2006, lalu ternyata didalam penilaian itu ada metode yang melibatkan keilmuan finance di mana itu sudah saya kuasai saat kuliah. Ketika diikuti profesi ini menarik juga, disatu sisi profesi akuntan sudah crowded, kompetitornya banyak, sedangkan saat itu penilai masih belum terlalu banyak dan pasarnya menjanjikan,” cerita Faisal.

Menurut Faisal, dunia penilai dahulu tentu berbeda dengan sekarang. Faisal pun merasakan hal itu. Saat ini, imbuhnya, yang menggeluti profesi penilai semakin banyak sehingga persaingan juga menjadi tambah ketat. Ditambah lagi dengan risiko pekerjaan yang tidak bisa dianggap sepele bagi seorang penilai. Namun, ketika melihat sang ayah masih aktif menjadi penilai sampai sekarang, memberikan semangat yang lebih kepada Faisal dalam menghadapi tantangan serta risiko yang dihadapi seorang penilai.

“Saat ini KJPP DSR hanya memiliki cabang di Surabaya dan Yogyakarta agar lebih fokus dalam meningkatkan kualitas. Tips kita agar bisnis ini bisa langgeng dengan meningkatkan standar kompetensi, upgrading ilmu itu yang bisa buat KJPP survive, kita harus bergerak sesuai kebutuhan zaman agar dapat bersaing dengan penilai internasional dan dapat menghadapi tantangan dan kebutuhan para stake holder. Penilai itu ilmunya luas dan dari berbagai macam dasar keilmuan, sebagai contoh ada keilmuan finance, teknik sipil, teknik mesin, hukum, ekonomi makro mikro dan lain-lain dari berbagai macam industri bisnis. Jadi, harus dikuasai serta ditingkatkan terus keilmuannya,” ujarnya.

Faisal berharap, ke depan regulasi terkait hak dan tanggung jawab penilai publik dapat diperkuat sehingga tidak terjadi tumpang tindih peraturan, dan dapat melindungi penilai dalam proses kerja sehingga menghasilkan opini nilai yang objektif, independen, dan tidak memihak.

Leave a Reply