Sejarah Penilai di Indonesia (2): Munculnya Wanita Pertama Menjadi Penilai

Sebelum memisahkan diri dari Asian Appraisal Indonesia dan mendirikan PT Insal Utama pada 1975, tiga serangkai Gilbert Wiryadinata, Antonius Setiady, dan Stefanus Gunadi juga sempat merekrut dua orang lagi untuk menjadi penilai. Mereka adalah Jimmy Prasetyo dan Ami Soetojo Sartono.

Saat itu, Asian Appraisal Indonesia memang sudah mulai kewalahan mengerjakan penugasan penilaian lantaran klien semakin banyak. Karena itu dibutuhkan semakin banyak tenaga penilai di Indonesia. Namun, bukan perkara mudah untuk mengajak orang bekerja di dunia penilaian. Sebab, saat itu profesi belum dikenal, dan masa depannya juga belum bisa dipastikan.

Pada awalnya, Jimmy dan Ami terlihat kurang tertarik dengan ajakan tiga serangkai tersebut. Namun, setelah diyakinkan dengan iming-iming bahwa masa depan profesi penilai bakal menjanjikan, Jimmy dan Ami pun luluh dan pada 1974 bergabung dengan Asian Appraisal Indonesia sebagai penilai.

Seperti halnya yang dialami Anton dan Stefanus, Jimmy dan Ami juga memperoleh pelatihan atau kursus-kursus singkat sebagai bekal menjadi seorang penilai. Dengan demikian, sejak sedini itu, sudah ada perempuan, yaitu Ami, yang terjun ke industri jasa penilaian di Tanah Air. Ia tercatat sebagai perempuan pertama yang menjalani profesi penilai di Indonesia.

Ketika tiga serangkai tersebut keluar, Jimmy dan Ami masih bertahan di Asian Appraisal Indonesia. Jimmy baru meninggalkan Asian Appraisal Indonesia pada 1977, namun tidak dengan Ami. Bahkan, Ami masih terus bertahan dan malah sampai mencapai posisi tertinggi, menjadi Direktur Utama Asian Appraisal Indonesia. Dengan demikian, selain sebagai penilai pertama, Ami juga tercatat sebagai perempuan pertama yang memimpin perusahaan yang bergerak di bidang jasa penilaian.

Untuk mendalami ilmu penilaiannya, Ami mengambil program master untuk bidang Property Management and Valuation di Universiti Teknologi Malaysia, dan lulus pada 1995 dengan tesis berjudul Timber Concession Value and the Influencing Factors. Ami wafat pada 2009.  Asian Appraisal Indonesia bertransformasi menjadi Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Benny Desmar dan Rekan (BDR) pada 2008, lalu ganti nama menjadi Benedictus Darmapuspita dan Rekan (BDR) pada 2012.

Setelah Jimmy dan Ami bergabung dengan Asian Appraisal Indonesia dan tiga serangkai mendirikan PT Insal Utama, semakin banyak orang Indonesia yang tertarik dengan industri jasa penilaian. Ini ditandai dengan munculnya beberapa perusahaan baru yang bergerak di bidang jasa penilaian. Sebut saja, misalnya, PT Sarana Penilai dan PT Reka Artha pada 1976. Artinya, selama tiga tahun, sudah tercatat ada empat perusahaan penilai, yaitu Asian Appraisal Indonesia, Insal Utama, Sarana Penilai, dan Reka Artha.

Hal tersebut menandakan semakin banyak orang berminat bekerja di bidang jasa penilaian. Yang perlu menjadi catatan, ketika itu syarat untuk bekerja di perusahaan jasa penilai relatif gampang: asal bergelar sarjana, latar belakang disiplin keilmuan tidak jadi pertimbangan. Mereka ditraining ala kadarnya, dan seketika bisa melakukan kegiatan penilaian. Pendek kata, ketika itu, siapa saja bisa menjadi penilai, siapa saja bisa mendirikan perusahaan penilai. Sebab, memang belum ada aturan khusus yang mengatur tentang perusahaan jasa penilai dan profesi penilai. Belum ada sertifikasi profesi penilai. Departemen Perdagangan pun memperlakukan perusahaan penilai seperti perusahaan pada umumnya, yaitu izin usaha dagang. Izin operasi perusahaan penilai adalah izin usaha dagang.

***

Tulisan berseri tentang sejarah Profesi Penilai di Indonesia ini disarikan dari buku Breakthrough Profesionalisme Penilai Indonesia karya Doli D Siregar. Buku ini diterbitkan pada tahun 2013 atas kerja sama Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan, kini Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK), dengan Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI). Salah satu babnya membahas sejarah profesi penilai di Indonesia yang didasarkan pada riset dan serangkaian wawancara dengan para pelaku usaha jasa penilaian —Redaksi.

Leave a Reply