Menilai Industri Berbasis AI
Meski telah berevolusi selama lebih dari delapan dekade, namun baru akhir-akhir ini Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menemukan momentumnya dan berhasil menyedot perhatian seluruh dunia.
Kehadiran ChatGPT di awal 2023, misalnya, seolah mendemonstrasikan kepada dunia salah satu bentuk pemanfaatan AI untuk pengolahan kata, sehingga untuk pertama kali manusia dapat berinteraksi dengan komputer berbasis AI. Layaknya chat atau percakapan teks antarmanusia, ChatGPT mampu menjawab beragam pertanyaan kompleks, merangkum dan membuat ringkasan dokumen atau naskah, hingga membuatkan semacam skenario atau dokumen baru. Hanya dengan mengetikkan beberapa kata sebagai perintah, ChatGPT akan bekerja.
Kehadiran ChatGPT jelas telah mengubah cara pandang dunia, baik itu dari dunia usaha, akademisi, dunia militer, pemerintah, para pengembang software aplikasi, termasuk para penilai di seluruh muka bumi terhadap potensi dan pemanfaatan teknologi AI.
Selain ChatGPT yang mampu mengolah teks, ratusan jenis aplikasi AI lainnya juga menawarkan kemampuan mengolah teks, gambar, audio, video, seakan ingin berebut panggung dengan ChatGPT. Masing-masing aplikasi AI tersebut menawarkan kemampuan-kemampuan yang luar biasa, dan tidak jarang membuat kita terperangah dan terkagum-kagum.
Reaksi publik dari seluruh dunia ternyata cukup beragam, dari yang sekadar terkesima dan iseng menggunakannya, atau kagum dan rutin memanfaatkannya, hingga khawatir akan masa depan profesi dan bisnis mereka. Bahkan tidak jarang, beberapa kelompok masyarakat, akademisi, entiti bisnis, bahkan pemerintah yang ketakutan hingga ada yang menuntut ganti rugi ke perusahaan-perusahaan penyedia ChatGPT dan sejenisnya.
Fenomena AI sendiri sebenarnya sudah sejak lebih dari satu dekade ini menelusup ke berbagai sendi kehidupan keseharian masyarakat modern. Hanya, bentuk “pemanfaatan” AI memang tidak sefenomenal yang dipertontonkan oleh ChatGPT.
Misalnya saja, ketika kita menggunakan Waze atau Google map untuk menunjukkan jalan ke suatu lokasi, atau saat kita memesan ayam geprek favorit melalui aplikasi GoFood atau GrabFood, bahkan kalau yang sudah pernah membeli barang di Tokopedia, Amazon, atau Alibaba, atau sekadar menghibur diri dengan nonton Netflix atau browsing di Youtube, tentu tidak menyadari bahwa jelajah di platform-platform tersebut telah dibantu oleh kemampuan AI yang melekat pada Recommendation Engine yang ditanamkan pemilik platform.
Bagi para tokoh pemimpin di bidang AI, sebut saja Sam Altman, Bill Gates, Demis Hassabis, atau Lee Kai Fu, masa depan AI merupakan keniscayaan. Dunia modern dalam sepuluh hingga tiga puluh ke depan akan sangat terdampak oleh disrupsi AI. Jadi tidak heran kalau banyak perusahaan kemudian ramai-ramai menggelontorkan dana miliaran dollar AS untuk mendanai perusahaan-perusahaan rintisian AI.
Tanpa bermaksud mengecilkan kemampuan AI, sejatinya teknologi AI ini seperti layaknya alat bantu teknologi lain yang sudah hadir jauh sebelumnya, seperti kalkulator, personal computer, laptop atau bahkan smartphone yang sehari-hari kita pergunakan. Sebagaimana fungsinya, alat-alat bantu tadi membantu mempercepat manusia dalam membantu proses perhitungan, pencatatan, juga penyimpanan dan pengolahan data. Hanya, alat bantu bernama AI ini bentuknya tak kasat mata.
Mungkin karena bentuknya yang rupa-rupa, dan kemampuannya macam-macam, serta keterbatasan pengetahuan dan penguasaan kita, membuat kita sulit memahami AI secara utuh, apalagi memanfaatkannya, terlebih memaksimalkan bagaimana AI dapat menciptakan nilai atau sekadar memberi “value added” bagi suatu perusahaan.
Menyadari terbatasnya bacaan yang dapat membantu melengkapi penguasaan AI untuk menciptakan “value” dan dampaknya pada dunia bisnis modern, maka Prof Andrzej Wodecki, penulis buku Artificial Intelligence in Value Creation, secara cermat membedah dan menganalisa lebih dari 400 studi kasus pemanfaatan AI di beragam perusahaan dan industri di dunia.
Andrzej mengintisarikan hasil penjelajahannya dan mengekstrasi hasil penggalian mendalamnya terhadap inovasi dan dampak signifikan AI terhadap penciptaan nilai di berbagai industri ke dalam buku setebal 400 halaman ini.
Andrzej memulai buku ini dengan menyajikan tinjauan komprehensif tentang berbagai logika penciptaan nilai dan metode untuk mencapai keunggulan kompetitif yang dihasilkan dari penerapan AI. Ia menyoroti pentingnya memahami rantai nilai, konstelasi, toko, jaringan, grid, dan struktur yang didominasi oleh layanan dan beragam inovasi dalam konteks penciptaan nilai yang didorong oleh AI.
Salah satu tema pokok dari buku ini adalah klasifikasi solusi AI dan aplikasinya dalam penciptaan nilai. Klasifikasi ini diakuinya relatif sewenang-wenang, karena banyak solusi dapat diatribusikan ke beberapa kategori oleh pembuat solusi AI tersebut. Namun, klasifikasi yang dilakukan oleh Andrzej bertujuan untuk menyederhanakan analisis lebih lanjut, menunjukkan aspek-aspek teknis terpenting dari teknologi AI, termasuk pengukuran key success factors, adoption, risiko (risks), dampak (impacts), dan penyusunan kerangka penilaian yang lebih sistematis.
Selain itu, Andrzej juga menekankan pentingnya data, informasi, dan pengetahuan dalam pembentukan nilai. Ia membahas model-model yang menggambarkan dampak elemen-elemen ini terhadap penciptaan nilai dan peran teknologi informasi dalam membentuk konfigurasi nilai dan aturan kompetisi.
Andrzej juga memberikan contoh di dunia nyata dari perusahaan-perusahaan dengan beragam model bisnis yang memanfaatkan AI untuk penciptaan nilai. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana AI berkontribusi pada pengurangan biaya (cost reduction), peningkatan pendapatan (revenue generation), dan keunggulan kompetitif (competitive advantages) secara keseluruhan. Andrzej menekankan bahwa potensi transformatif AI dalam mengoptimalkan proses bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan mendorong pengambilan keputusan strategis.
Selain itu, pertimbangan etis dan tantangan yang terkait dengan penggunaan AI dalam penciptaan nilai juga dibahas. Andrzej mengakui perlunya menavigasi dilema etis terkait privasi data, bias algoritma, dan dampak sosial dari penciptaan nilai yang didorong oleh AI. Ia menekankan pentingnya implementasi AI yang bertanggung jawab dan implikasi etis dari memanfaatkan AI untuk penciptaan nilai.
Singkatnya, Andrzej melalui buku Artificial Intelligence in Value Creation ini, memberikan eksplorasi komprehensif tentang cara AI merombak penciptaan nilai di berbagai industri. Mulai dari memahami berbagai dasar logika penciptaan nilai hingga mengklasifikasikan solusi-solusi AI dan mengujinya pada aplikasi-aplikasi di dunia nyata.
Buku ini menawarkan kerangka berpikir dan wawasan berharga tentang potensi transformatif AI, sehingga para penilai Indonesia dapat memperoleh gambaran lebih utuh mengenai dampak AI di dalam perusahaan-perusahan dan ragam model bisnis serta industri yang menjadi objek penilaian.
Like, Comment, Share akan sangat membantu publikasi