Smart Duromart
Penulis: Rulan Kis Rianto.
Orang Madura itu ada di mana-mana. Biasanya jualan sate, pengusaha besi bekas, kadang tukang cukur. Tapi jarang yang jualan bubur ayam. Jika ada orang Madura banyak yang berjualan bubur ayam dan kacang ijo di Bali, sedikit anomali dibandingkan dengan di daerah lain.
Saya sempat ngobrol dengan Pak Rosyid yang asli Bangkalan sambil makan bubur ayam buatannya yang uenak tenan. Beliau ternyata sudah sejak tahun 1988 merantau ke Bali, setelah sebelumnya merantau ke Balikpapan tahun 1983.
Awal merantau ke Bali beliau ikut orang Madura yang berjualan sate kambing plus bubur ayam. Dua tahun belajar, Pak Rosyid berani buka usaha sendiri di Jalan Hayam Wuruk Denpasar. Setelah berhasil mandiri, beliau mengajak keponakannya satu per satu ikut beliau dan diajari mandiri buka warung bubur ayam sendiri. Sampai saat ini, sudah ada 24 keponakan yang beliau ajak dan berhasil mandiri. Biasanya mereka ikut beliau 2-3 tahun lalu buka sendiri. Banyak keponakannya yang saat ini justru lebih berhasil daripada beliau, punya rumah, mobil, dan naik haji.
Setiap jam 07.00 pagi beliau mulai memasak ayam, lalu jam 12.00 mulai memasak bubur hingga jam 13.00. Setelah itu istirahat sebentar dan mulai persiapan berjualan jam 15.30. Rutinitas yang dijalaninya ini berhasil melahirkan 24 pedagang bubur dan menyekolahkan kedua anaknya hingga perguruan tinggi.
Ada juga tukang cukur perantau dari Madura di Bali. Pemilik sekaligus tukang cukurnya masih muda sekali, mungkin baru awal 20 tahun. Anak muda ini awalnya ikut kakaknya yang juga seorang tukang cukur selama dua tahun, lalu buka sendiri dengan dibantu permodalannya oleh kakaknya tersebut.
Tidak hanya bubur ayam dan tukang cukur, saat ini mulai banyak toko kelontong yang dikelola orang Madura, sebut saja Duromart. Saya pernah beberapa kali belanja di Duromart yang berada di Kalibata, Jakarta Selatan. Pernah juga belanja di dekat kantor yang dulu di Denpasar dan Jalan Yos Sudarso Sidoarjo. Toko Madura yang di Kalibata dan Yos Sudarso hanya sekitar 100 meter dari Indomart dan mereka survive.
Duromart berani bersaing dengan dua jaringan mini market terbesar karena harga barangnya relatif lebih murah. Hal ini mungkin karena mereka kulakan barengan dengan jaringan toko madura lain sehingga bisa mendapatkan harga langsung dari pabriknya atau dari grosir besar. Duromart menjadi penguasa di Bali, khususnya untuk sembako.
Faktor kedua adalah Duromart buka 24 Jam. Indomaret dan Alfamart hanya buka dari jam 06.00 sampai 22.00. Hanya beberapa saja yang buka 24 jam. Hebatnya, Duromart bisa konsisten buka 24 jam.
Faktor keunggulan ketiga yang saya lihat adalah biaya operasional yang jauh lebih murah. Duromart biasanya dijaga oleh dua orang, seringkali suami istri. Mereka berdua gantian berjaga dalam sehari. Bandingkan dengan Indomart/Alfamart yang tiap shift dijaga 3 orang dan ada 2-3 shift per hari dengan gaji UMR.
Faktor keunggulan keempat adalah mereka memahami pasar dengan baik. Persediaan barang Duromart mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar. Persediaan barang di Toko Madura memang tidak selengkap Alfamart/Indomart, namun cukup memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.
Sepak terjang orang Madura ini bisa dijadikan standar pendidikan wirausaha karena sudah terbukti melahirkan banyak wirausahawan tangguh. Tanpa banyak teori, para perantau asal Madura ini menggurita dan menguasai beberapa lini bisnis di lapangan. Mereka tersebar di seluruh Indonesia bahkan ada yang sampai Arab Saudi.
Like, Comment, Share akan sangat membantu publikasi