Dari Sopir Angkot ke Penilai Properti
Nelson Kaban setelah berhenti dari sekolah menengah kejuruan (SMK) dari tahun 2006 dan menjadi sopir angkot selama lima tahun lamanya. Prospek sopir angkot semakin tidak menarik karena banyaknya sepeda motor, ojek online dan bis angkutan umum. Nelson sempat berpikir untuk balik ke Medan karena tidak tahu harus menjalani profesi apa lagi. Takdir Tuhan berkata lain, tiba-tiba Nelson bertemu pamannya yang seorang Penilai Properti yang sudah lama tidak bersua. Pamannya mengajak Nelson bekerja di kantornya sebagai sopir kantor awalnya. Nelson sering mengantar paman dan timnya untuk melaksanakan survei ke berbagai tempat. Nelson mulai mengenal dunia penilai dari kegiatan ini dan banyak bertanya pada para penilai yang diantarkannya. Nelson membantu penilai mengukur bangunan dengan tali meteran, mengidentifikasi batas-batas tanah, teknik wawancara klien dan teknik survei lainnya. Nelson juga memacu dirinya untuk belajar komputer mulai dari belajar MS Excel dan MS Word secara otodidak sambil menginap di kantor pamannya tersebut.
Nelson mulai merasakan percaya diri untuk melakukan survei sendiri setelah enam bulan belajar teknik penilaian. Awal tahun 2012 Nelson melihat peluang lebih besar dengan menjadi tenaga survei freelance di beberapa kantor sekaligus setelah setahun berada di kantor pamannya tersebut. Selama periode 2012-2015, Nelson menikmati karirnya sebagai tenaga survei freelance hingga ada peraturan yang melarang adanya profesi ini. Nelson mempelajari situasi dan segera mengambil Pendidikan Dasar Penilai (PDP) 1 di awal tahun 2015 dan menyelesaikan PDP 2 di pertengahan tahun 2015. Nelson mengambil langkah baru dengan menjadi karyawan tetap di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Fuadah, Rudi dan Rekan cabang Bogor. Nelson melanjutkan pendidikannya di Pendidikan Lanjutan Penilai (PLP) 1, PLP 2 dan Pendidikan Lanjutan Standar Penilaian Indonesia (PLS) di tahun 2017. Selama periode tahun 2013-2017 Nelson juga menempuh kuliah di jurusan Teknik Komputer di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Bogor. Hal inilah yang membuat Nelson baru bisa mengambil PLP di tahun 2017.
Nelson awalnya tidak tertarik mengikuti Ujian Sertifikasi Penilai (USP) Tulis karena merasa sudah cukup dengan lulus PLP 2 dan PLS saja. Namun kedua atasannya di kantor mendorong Nelson lebih jauh lagi dengan mengikuti USP Tulis Penilai Properti Sederhana (Penilai PS) di tahun 2019. Nelson berhasil lulus USP Tulis PS dan USP Lisan PS hanya dalam sekali kesempatan. Pada tahun 2020 – 2021 Nelson diberi kepercayaan untuk mengelola kantor cabang KJPP Fuadah Rudi dan Rekan di Malang. Akhir tahun 2021 Nelson meninggalkan Malang dan membuka cabang di Cirebon. Kondisi Penilai PS yang mulai menurun karena regulasi baru membuat Nelson berpikir untuk mengambil USP Tulis Penilai Properti. Nelson berhasil lulus modul 1 dan 2 di kesempatan pertama, lulus modul 3 di kesempatan kedua dan lulus modul 4 di kesempatan ketiga. Nelson menjalani USP Lisan sebanyak tiga kali kesempatan dan akhirnya lulus pada tahun 2024 setelah perjalanan panjang sejak tahun 2011.
Pamannya adalah sumber motivasi pertama Nelson untuk menjalani karir di dunia penilai. Peran atasannya Ibu Fuadah dan Bapak Ismail dan juga rekan – rekan di KJPP Fuadah Rudi dan Rekan juga tidak kalah penting karena mereka selalu mendorong Nelson untuk terus maju. Ketika gagal di USP Lisan untuk kedua kalinya, Nelson sempat jatuh mentalnya namun bisa bangkit setelah mendapatkan dorongan semangat dari teman-teman penilai yang juga mulai dari bawah seperti dirinya. Nelson sempat bertemu dengan salah satu peserta USP Tulis yang mengalami sakit stroke namun masih semangat mengikuti ujian dengan bantuan anaknya untuk berjalan, ini juga salah satu sumber motivasinya.
Like, Comment, Share akan sangat membantu publikasi