Penilaian Mesin dan Peralatan (Konsentrasi Penerapan Income Approach) Hari Kedua dan Ketiga
Hari kedua acara “Penilaian Mesin dan Peralatan (Konsentrasi Penerapan Income Approach” diisi oleh Penilai Bisnis Rudi M. Safrudin dari Koordinator Penilai Bisnis Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI). Rudi mengatakan bahwa nilai perusahaan bukan hanya dinilai dari historinya tapi juga prospek ke depan. Nilai saham ditentukan oleh income stream yang mampu mempertahankan operasi dan mengantisipasi kesempatan pertumbuhan. Valuation of share bukan accounting tapi economic income. Dalam pendekatan pendapatan ada juga komponen capital expenditure (capex) yang harus diperhitungkan. Capex untuk mempertahankan aset yang sekarang dan menangkap potensi pertumbuhan.
Estimasi pendapatan (penjualan, volume, harga, estimasi produk) dikurangi dengan biaya selanjutnya dikurangi oleh depresiasi akan menghasilkan Earning Before Interest and Tax (EBIT). Jika EBIT dikurangi pajak (tax) hasilnya menjadi Net Operating Profit Less Adjusted Taxes (NOPLAT). Cash flow ini tidak memperhitungkan beban cash. Perusahaan perlu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari pendanaan modal kerja seperti piutang untuk beroperasi. Agar dapat bersaing, perusahaan memerlukan inventory dan menghindari kehabisan inventory. Perubahan modal kerja perlu diperhitungkan karena ini adalah salah satu investasi jangka pendek yang harus diperhitungkan dalam perhitungan arus kas bersih.
Hari ketiga acara diisi materi dari beberapa narasumber, narasumber pertama adalah Ivan Togatorop dari Tim Teknis KPSPI. Ivan mengatakan bahwa faktor eksternal terjadinya penyusutan adalah kondisi ekonomi, sosial, peraturan dan faktor lingkungan. Ada pengumpulan data khusus yaitu dengan identifikasi makro contohnya tahun pembangunan awal dan ekspansi, produk. Kontraktor, proses penggunaan, kapasitas terpasang dan kapasitas aktual. Kapasitas aktual boleh digunakan jika produksi permanen namun jika tidak permanen maka tidak boleh digunakan. Efisiensi pabrik kaitannya dengan keusangan fungsi.
Kemudian ada identifikasi mikro yang meliputi persediaan bahan baku, proses produksi, packaging, control panel, instalasi, mesin utilitas, renovasi dan modifikasi, kondisi, nama mesin, merek, pembuat dan negara pembuatnya, supplier, tipe/model, nomor seri, size/kapasitas, tahun pembuatan, tahun operasi, detail bagian mesin, jenis penggerak. Data khusus meliputi inspeksi, interview, literatur. Data pembanding meliputi data penawaran, data transaksi, price catalog, capital cost benchmark, investment publication.
Konsep Highest and Best Use (HBU) dikonfirmasi tentang legalitas tanah, hak izin, profitabilitas pabrik. Opsi HBU untuk mesin yaitu asumsi in-situ tetapi asumsi ini jarang digunakan, hanya pada kasus tertentu kemudian ex-situ. Ada tiga jenis penyusutan yakni penyusutan fisik, fungsi, keusangan ekonomi. Dalam metode age life ada 2 metode yaitu metode umur ekonomis dan metode breakdown. Umur ekonomis lebih pendek dari umur fisik dan paling maksimal sama dengan umur fisik.
Umur efektif tergantung bisa lebih lama atau cepat tergantung kondisi. Membaginya tergantung metode yang akan digunakan misal menggunakan metode breakdown atau metode umur ekonomis dengan catatan umur ekonomis diperoleh dari pasar dan apabila tidak ada keusangan ekonomis maka umur ekonomis sama dengan umur fisik.
Narasumber kedua di hari ketiga acara adalah Juli Hariyadi yang merupakan Manager QA PG Gempolkrep, PT Sinergi Gula Nusantara (SGN). Juli menceritakan bahwa cikal bakal SGN berdiri pada tahun 1912, kemudian 1960 terdapat nasionalisasi Perusahaan Perkebunan Gula Negara (PPN Gula). Pada tahun 1975, perusahaan ini memiliki kapasitas giling sebesar 1.500 Ton Cane per Day (TCD). Pada tahun 1978 meningkat menjadi 3.000 TCD. Pada tahun 1996 PTPN X kemudian 2014 menjadi holding PTPN, pada tahun 2018 memiliki kapasitas giling 6.800 TCD kemudian pada tahun 2022 menjadi PT SGN.
Alur proses pabrik gula adanya stasiun gilingan yg berfungsi memerah tebu, kemudian proses pemurnian dengan 5 mesin. Adanya proses penguapan yang selanjutnya akan ada tahap masakan, setelah itu ada pengemasan. Produk yang dihasilkan dari tebu, yaitu gula yang akan dikonsumsi, tetes masuk ke industri fermentasi dan menghasilkan methan gas (bio gas), blotong dihasilkan dari pemurnian dan dijadikan sebagai pupuk, ampas (bahan bakar boiler pabrik, bahan partikel papan), pucuk (menjadi pakan ternak) dan daun (pupuk).
Gilingan ada pengadaan baru setiap tahun. Untuk boiler ada maintenance setiap tahun dan juga adanya pergantian pipa agar operasi terus berjalan. SGN beroperasi pada saat panen tebu yaitu saat musim kemarau/panas. Pada tahun ini beroperasi pada bulan mei, beroperasi selama 5-6 bulan setelah itu off. Kemudian sisanya maintenance setelah digunakan dan dievaluasi. Setiap sekitar 15 hari, manajemen SGN melaporkan ke kantor pusat tentang hasil maintenance.
Narasumber ketiga di hari ketiga ini adalah Ketua KPSPI Hamid Yusuf yang mengantarkan materi tentang Cost Approach. Hamid mengatakan bahwa penyusutan mempunyai 3 metode yaitu penyusutan fisik yang didapatkan dari observasi dan formula, kemudian penyusutan fungsi yang terdiri dari excess capital dan excess operational cost dan penyusutan ekonomi. Hamid juga membahas konsep keusangan fungsi, sisa umur, pengukuran discount rate.
Like, Comment, Share akan sangat membantu publikasi