Humas MAPPI Promosikan Profesi Penilai Melalui Siaran Pers dan Infografis

Jakarta – Mengenalkan Profesi Penilai bisa dengan berbagai cara, salah satunya melalui press release atau siaran pers yang disebarkan ke media massa dan mengoptimalkan infografis di media sosial.

Guna mendukung dua hal tersebut, Bidang Hubungan Masyarakat dan Media Center Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) menyelenggarakan Workshop Penyusunan Press Release dan Infografis berkonsep hybrid bagi officer MAPPI Pusat dan officer MAPPI di daerah pada Jumat-Sabtu (17-18/1). Pelatihan yang diikuti oleh 16 officer MAPPI Pusat dan 15 officer dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) MAPPI se-Indonesia ini menghadirkan dua pakar.

Materi penyusunan press release pada hari pertama disampaikan oleh Tri Suharman, praktisi media yang juga seorang jurnalis televisi nasional.

Dalam paparannya, Tri mengatakan bahwa sebelum membuat siaran pers sebuah kegiatan, para officer di MAPPI yang juga menjadi petugas Humas terlebih dahulu harus memahami kebijakan redaksi media dan memahami kebutuhan informasi media massa.

“Siaran pers harus ada datanya karena wartawan suka banget dengan data biar berita yang akan dirilis tidak ‘kering’,” ujar Tri di hadapan seluruh peserta workshop.

Selain data, ia menyebut petugas Humas juga harus mengirimkan foto kegiatan dengan berbagai angle atau sudut pengambilan gambar agar tidak membosankan. Rilis pers juga harus menggunakan kalimat aktif alih-alih susunan kalimat pasif.

Tri juga memberikan beberapa tips yang perlu dicantumkan dalam siaran pers, antara lain membubuhkan judul yang relevan dengan isi siaran, membuat profil singkat lembaga, narahubung, serta menebar kutipan narasumber sebagai validasi informasi.

Pria yang juga dosen Ilmu Komunikasi di salah satu universitas swasta terkemuka di Jakarta ini menjelaskan tentang struktur siaran pers yang baik adalah sebagaimana pada struktur berita. Struktur berita langsung (straight news) yang disebut sebagai struktur piramida terbalik ini dimulai dari pembuatan judul, teras berita (lead) yang menjadi penjelas judul, tubuh berita (body) untuk memerinci informasi, serta kaki berita (leg) yang berisi detail tambahan informasi.

Lead siaran pers jangan diisi dengan seremonial kegiatan. Seremonial ditaruh di kaki berita saja,” ujarnya. Seusai penyampaian materi, semua peserta diminta praktik membuat press release.

 

Elemen Desain

Sementara pada hari kedua pelatihan menghadirkan Irfan Kurniawan, desainer profesional dari sebuah perusahaan desain produk yang bermarkas di Leverkusen, Jerman.

Irfan antara lain menyampaikan materi tentang teori dasar desain yang meliputi penentuan tujuan desain, prinsip dasar desain dan bagaimana merencanakan desain yang efektif.

“Pikirkan dulu kita mau membuat desain untuk apa? Untuk meyakinkan orang, menginformasikan atau tujuannya untuk menghibur? Ketika tujuannya sudah ditentukan, pastikan prinsip desainnya harus konsisten, selaras, seimbang dan warna-warna yang dipakai harus kontras antara background dan foreground,” papar Irfan.

Pria berkacamata ini juga mempraktikkan bagaimana sebuah desain harus konsisten. Beberapa konsistensi elemen desain yang harus disepakati antara lain tentang warna, tipografi, gaya visual dan penempatan logo/simbol. Semua peserta pun langsung mempraktikkan tahap demi tahap tutorial yang disampaikan oleh Irfan.

Desain visual yang bagus, sambung Irfan, adalah desain sederhana yang ketika orang lain melihat langsung mengetahui maksudnya. “Desain itu bukan tentang apa saja yang akan dimasukkan menjadi elemen, tapi tentang mengesampingkan bahan yang bukan menjadi elemen desain,” tegasnya.

Irfan juga berbagi tips untuk meningkatkan kedekatan organisasi/korporasi dengan pengikutnya (followers) di media sosial maupun untuk menggaet pengikut baru. Tips tersebut antara lain rasio ukuran desain harus menyesuaikan dengan platform media sosial, membuat hirarki informasi agar menggiring mata audiens ke elemen paling penting yang menonjol, mempertimbangkan alur baca alami manusia dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, serta memberikan ruang kosong atau white space pada setiap elemen.

 

Pertama Kali dalam Sejarah MAPPI

Sementara itu dalam sambutannya, Ketua Umum DPN MAPPI, Budi Prasodjo menegaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat citra organisasi, mendorong profesionalisme dalam komunikasi publik digital dan membekali peserta dengan keterampilan yang relevan untuk menyampaikan informasi secara lebih efektif di era digital. Pelatihan jurnalistik dan desain grafis ini, kata Budi, juga menjadi pelatihan pertama kalinya dalam sejarah peningkatan kompetensi di MAPPI.

“Pelatihan ini penting untuk memperkuat kolaborasi antar anggota MAPPI dan memastikan kita dapat mengoptimalkan platform komunikasi digital dalam menyampaikan pesan yang lebih efektif dan tepat sasaran,” ujar Budi Prasodjo.

Ketua Bidang Humas dan Media Center, Ryan Pical Pratama mengatakan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan profesi Penilai kepada khalayak ramai melalui kanal media massa dan sosial media dengan pengemasan bahasa yang baik serta visual yang estetis. (fas/ram)

Leave a Reply